KEBETULAN?

Saya menatap masa depan di Masjid Hasan II yang berdiri gagah di tepi laut Atlantik, Casablanca, Maroko.

KEBETULAN?

Tanggal 4 – 5 Desember kemarin kami kedatangan tamu dari kota tetangga.

Adik mahasiswa program master yang sedang galau dengan program kuliahnya yang belum jua dimulai -karena memang urusan administrasi di Maroko memang lamban bukan main-dan beberapa kemungkinan masa depannya.

Karena si adik terbuka menceritakan masalahnya, kami pun nyaman sharing pengalaman hidup kami berdua. Terutama fragmen-fragmen saat menuntut ilmu.

Semoga bisa diambil sebagai pelajaran dan bahan pertimbangan si Adik tuk memutuskan langkah-langkah masa depannya.

Andai masa depan bukanlah sebuah rahasia, tentu manusia bisa bergerak sesuai gambaran masa depannya.

Semua ‘diprogram’ ibarat robot yang sudah jelas diciptakan manusia untuk melakukan kerja tertentu.

Tapi manusia bukanlah robot.

Manusia makhluk cerdas yang dibekali otak dan hati. Namun tak dititipi kemampuan menerawang masa depan.

Manusia harus berusaha (ikhtiar) dan melibatkan doa pada penguasa langit dan bumi.

Karena masa depan yang tak bisa diprediksi juga, manusia bergerak optimis, diliputi harap dan setitik cemas.

Karena inilah manusia menjadi sangat manusiawi bukan?

Diliputi impian, segudang harapan dan kesadaran ada sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Yaitu Sang Penentu Masa Depan. Allah penyipta umat manusia.

Dengan ketidak-tahuan akan masa depan, manusia menyadari ‘lemahnya’ diri.

“Manusia boleh berencana, namun Allah jua yang menentukan!”

Keyakinan akan keniscayaan ini membuat setiap orang yang beriman semakin rajin menegakkan ikhtiar.

Semakin bersemangat mengejar mimpi.

Dan di saat bersamaan semakin menyadari, betapa masa depan adalah kumpulan kerja keras, fokus pada mimpi dan doa tak putus padaNya.

Kembali ke kisah adik tadi.

Saya banyak berbagi potongan kisah saat menuntut ilmu di Inggris. Khususnya di kota Leeds.

Pergulatan batin dan masalah demi masalah yang harus dipecahkan satu persatu hingga akhirnya kenangan saya tersentak pada kata, Seville Road 37.

Alamat rumah yang saya sewa sepanjang tinggal di sana.

MasyaAllah!

12 tahun kemudian saya dan Aa ternyata sudah dua kali bolak-balik mengunjungi Sevilla di Spanyol!

Kata, Sevilla sangat mirip dengan kata, Seville bukan?!

Luar biasa…

Sungguh tak ada KEBETULAN di dunia ini!

Ada grand scenario dari Sang Maha.

Hanya kita manusia kerap tak sabar membaca tanda-tanda.

Di kasus saya, butuh 12 tahun kemudian saya menyadari ‘kebetulan’ yang ternyata bukanlah sebuah kebetulan belaka!

Mana pernah saya bayangkan sebelumnya, visa schengen yang kami dapat saat #dakwahbackpacking di Ramadhan 2015 dan berlaku tiga tahun ke depan memungkinkan kami bersilaturahmi mengunjungi kenalan kami di kota Sevilla.

Mengunjungi mereka sepanjang tahun 2016 di bulan Maret dan bulan September lalu.

Entah tahun depan.

Barangkali dengan ‘kebetulan’ kemiripan nama ini kami ada kesempatan menjejak tanah Inggris kembali?

Begitu juga dengan perjalanan lahir, merangkak dan tumbuhnya Kelana Cahaya Tour yang kami lahirkan berdua.

Bukanlah sebuah kebetulan. Ada grand scenario dariNya. 

InsyaAllah pelan tapi pasti mengarah sebagai social entrepreneurship di masa depan.

Tujuan detil silahkan intip di ‘Mimpi Kelana‘.

35 peserta Maroko Trip by Kelana Cahaya Tour foto bersama dengan saya dan Aa 🙂

Mungkin bersama program #KelanaCahayaTour atau kemungkinan kerjasama dengan pihak lainnya?

We will see! 🙂

Maha Suci Ia yang merahasiakan masa depan manusia.

Sehingga sampai detik ini saya dan Aa selalu bersemangat meniti hari, mengeja mimpi, menempa diri.

Tentu saja tak lupa memohon kasih sayangNya menyertai usaha dan mimpi sepanjang usia hingga menutup mata nanti.

Amin.

~~~~~

Ps.

Ada yang tertarik ikutan Maroko + Spanyol Trip bersama Kelana Cahaya Tour?

Kontak saya di wa: +212 696433211

MIMPI KELANA

Foto were taken by Retha at Merzouga desert, Morocco

MIMPI KELANA

Seseorang pernah bertanya,

“Ima, kamu kenapa sih aktif terus. Bergerak terus. Memangnya gak capek ya?”

Aiiih…

Kata siapa saya bergerak terus?

Kata siapa saya bergiat terus?

Saya sama seperti yang lainnya juga.

Makan dan tidur.

Kadang diterjang malas.

Kadang gak ngapa-ngapain berhari-hari (meski tetap masak bersih-bersih).

“Oh ya? Tapi kok saya lihat aktif terus. Padahal lagi di luar negeri. Jauh dari tanah air.”

Oh, maksudnya menjalankan bisnis baru bernama Kelana Cahaya Tour ya?

Teman saya buru-buru mengangguk.

Baik.

Saya jawab apa adanya ya 🙂

Saya senang memelihara mimpi.

Jika kamu pernah membaca tulisan panjang saya pada tahun 2013 awal di blog www.honeymoonbackpacker.com maka kamu akan mengerti kenapa saya senang bermimpi.

Mimpi adalah gairah.

Mimpi adalah semangat.

Mimpi adalah cambuk.

Mimpi adalah kerja keras!

2013 awal saya bermimpi mengajak suami berkelana sekaligus #dakwahbackpacking sepanjang Ramadhan di benua lain.

Alhamdulillah telah terwujud 3 tahun berturut-turut. Beyond our dream that time!

Meski harus membuat pempek siang malam di rumah host kami di Belgia, kemudian menjualnya dari satu pengajian ke pengajian lain -tentu saja setelah Aa selesai ceramah, saya bangga bisa mewujudkan mimpi.

Suami saya awalnya sangsi dengan mimpi dakwahbackpacking.

Apa mungkin?

Eropa kan mahal.

Aku hanya guru pesantren.

Tapi mimpi saya yang akhirnya menjadi mimpi berdua berhasil menepis ketidakmungkinan menjadi kata ‘kerja’.

Yaitu kerja keras dan berdoa.

Alhamdulillah terwujud.

Jika sudah begini, kenapa kami harus berhenti bermimpi?

Teman saya menatap takjub.

“Lalu apa mimpi kalian sekarang?”

Baik.

Ini pertanyaan makin menjurus ya.

Saya dan si Aa sepakat menumbuhkan Kelana Cahaya Tour sebagai income generator!

“Income generator alias mesin uang bagi kalian? Wow, mantap tuh!”

Saya menggeleng. Lalu menjawab tegas.

Bukan mesin uang untuk kami. Kami sudah cukup makan. Cukup pakaian. Bisa tinggal di rumah sederhana. Kami sudah merasa kaya. Kami selesai dengan dunia material.

Kelana Cahaya Tour dilahirkan insyaAllah sebagai alat kami mewujudkan mimpi yang lebih besar!

Mungkin terdengar utopia bagimu, Kawan.

Tapi sekali lagi saya tegaskan, ini mimpi besar kami.

Kami ingin membangun lembaga pendidikan -apapun namanya dan jenisnya nanti- untuk anak-anak dhuafa berprestasi yang ingin belajar. Agar kelak berkelana memaknai dunia dengan lebih baik.

Untuk mewujudkan mimpi ini kami harus menyiapkan diri.

Aa sedang menempuh pendidikan lanjut.

Sedang saya fokus bekerja untuk Kelana Cahaya Tour.

Harapan kami, semua keuntungan finansial Kelana Cahaya Tour bisa kami tabung sebaik-baiknya.

Simpan dan kelola lalu segera dibelikan tanah begitu ada lahan yang cocok. Syukur-syukur bisa bertemu orang yang mau mewakafkan tanah miliknya. Jadi keuntungan bisnis Kelana Cahaya Tour fokus untuk membangun infratruktur calon Pesantren Kelana.

Mohon doakan Kelana Cahaya Tour bisa membesar dan mempekerjakan orang lain.

Saat pendidikan Aa telah tuntas dan tabungan sudah mencukupi, kami akan membangun bata pertama Pesantren Kelana dan Rumah Kelana.

Doakan kamI istiqomah menghidupi mimpi ini ya, Kawan!

“Wow. Serius sekali mimpimu, Ima.”

Ya. Kami serius.

Semoga Allah mudahkan.

Dan ssst, kalau pakai jasa Kelana Cahaya Tour jangan ditawar lagi ya. 🙂

Kalau kamu ikhlas menggunakan jasa kami, ada tabungan amal jariyahmu di situ.

InsyaAllah!

PS.

Untuk pembaca yang berminat bergabung dalam trip bersama Kelana Cahaya Tour, segera sapa saya di WhatsApp: +212 696 433 211

Kiblat dan Respek

Kiblat dan Respek

Salah satu aplikasi yang kubiarkan terpasang di handphone adalah kompas. Dia yang akan memandu arahku melangkah menapaki jengkal demi jengkal tanah destinasi yang baru aku kunjungi. Di sisi lain, dan ini yang paling penting, memudahkanku mencari arah kiblat ketika akan menunaikan shalat. Cukup mengetahui arah utara, maka akan diketahui arah lain, barat, timur, dan selatan. Dari situ bisa aku perkirakan arah kiblat dengan mudah. Saat berada di benua biru, misalnya, arah kiblat kurang lebih ada di tenggara. Lebih akurat lagi sih aplikasi www.muslimpro.com atau www.islamicfinder.org

Tak seperti biasanya, malam itu aplikasi kompas tak aku pasang karena space-nya penuh. Ketika terbangun pagi dan lantas ke dapur umum hostel untuk mengambil air minum, seorang petugas berbadan subur sedang menyiapkan segala rupa untuk sarapan beberapa saat lagi. Kami saling menyapa dan menyunggingkan senyum.

“Hai, good morning” Sapaku.

“Good morning.” Responnya ramah.

Kendati harganya relatif murah, hostel di kota Lisbon yang satu ini tampak modern dan homy. Dibuat senyaman mungkin. Dari mulai fasilitas yang lengkap hingga keramahan petugasnya. Wajar jika reviews di booking.com mencapai nilai tinggi. Sembilan koma satu.

Pagi itu belum tampak banyak orang. Rupanya mereka lelap dalam istirahat. Subuh memang waktu paling enak untuk tidur ya. He he.

“Excuse me, please madam, could you help me. Pintaku sebelum mengungkapkan maksud.

“Yes.”

“Where is the north from here?”

Sebenarnya aku mau bertanya arah kiblat, tapi tidak tahu apa arti kiblat dalam bahasa Inggris. Ditambah, untuk memudahkan dia menjawab, aku cukup bertanya arah Utara atau Barat.

Kiblat adalah arah posisi Ka’bah berada, yaitu di kota Mekkah, di tengah-tengah mesjidil haram. Memang kiblat tak mesti di arah Barat. Tergantung kita sedang berdomisili di negara mana saat itu. Untuk orang yang sedang berada di Indonesia, arah kiblat berada di sebelah Barat, sedikit bergeser ke kanan (mendekati Barat Laut). Sementara bagi penduduk benua Afrika seperti Maroko, Mesir, atau benua Eropa, kiblat justru berada kurang lebih di arah sebaliknya, yaitu arah tenggara. Lain lagi orang yang sedang berada di mesjidil haram. Justru kiblat bisa dari segala arah. Bahkan orang shalat sama-sama menghadap kiblat tapi saling berhadapan, sebab Ka’bah ada ditengah-tengah.

“Hm.. I think..there..hm. But I’m not sure. I think there.” Ia tergagap menjelaskan. Entah karena benar-benar tidak tahu, entah karena pertanyaan ini dianggap iseng.

Kemudian ia kembali menyusun gelas dan piring di meja dapur.

Beberapa menit kemudian, ia kembali memanggilku. Rupanya ia kembali berpikir kenapa kok pagi-pagi bertanya soal arah. Terasa sangat aneh.

“Excuse me, what for do you ask me that?” Dia kembali bertanya.

“I have to pray. So I have to know where is the right direction for us.” Jawabku meyakinkan.

Ekspresi wajahnya kemudian tersentak kaget. Agaknya dia merasa betapa urusan ibadah dan berdoa bukan masalah sepele.

Oh, okay, wait me please. Sorry ya. I think you are just asking. I have to take my mobile phone and check it first, please.”

Aku juga merasa kaget dengan respon kedua yang terlihat lebih antusias mencari tahu daripada respon yang pertama tadi.

Saat merasa dianggap pertanyaan iseng, aku tak ngotot memaksa dia memberitahuku. Toh aku bisa berijtihad menentukan arah semampuku. Bukankah dalam Al-Quran pun diungkapkan, “Fa ainamâ tuwallû fa tsamma wajhu Allah.” Kemana saja kamu hadapkan wajahmu, di situlah wajah Allah. Jika sudah berusaha mencari arah kiblat namun tak mendapatkan hasil yang pasti, shalat saja kemanapun mengarah.

Dia lalu berjalan menuju information desk. Aku disuruh mengikutinya. Ia membuka hp dan mendownload aplikasi kompas yang ternyata belum terpasang.

“Do you have to pray now?”

“Yes of course.”

“So how many times you have to pray?”

 “We have to pray five times within 24 hours.”

“Really?”

Yes.”

“When?”

Masya Allah, bismillah inilah saatnya aku menyampaikan (tabligh) pada orang yang belum mengetahui. Sederhana tapi mendasar dan sangat penting.

“Subuh will be done at dawn to sunrise, should be performed at least 10-15 minutes before sunrise. And we pray zuhur after true noon until afternoon (Ashar). The we pray again afternoon. We pray magrib after sunset until dusk. The last is Isya. We could perform it from dusk until midnight or dawn. We could do it flexibel as long as within the time.”

Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib, Isya

Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib, Isya

“How many hours do you spend for each pray?”

“Only five or ten minutes.”

 “You have to do it even you are travelling like now?”

“O, No. When we are travelling (safar) we may do it only three times.”

“How do you do that?”

“I mean, zuhur and ashar in one time, magrib and isya in one time. And subuh like now, in one time.”

Dia mengangguk-ngangguk.

“So, I’m sure the north is there. See it!”

Dengan penuh semangat dia mendekatkan hp-nya dan menunjukkan jarum kompas.

“Right.” Jawabku puas.

Dia tersenyum bahagia setelah tuntas membantuku menemukan arah yang aku cari. Sebagaimana kepuasan dan kebahagiaan yang aku rasakan setelah aku bisa menyampaikan sesuatu yang dia belum ketahui. Ditambah rasa salut atas sikap respeknya terhadap orang yang ingin menunaikan ibadah sesuai dengan keyakinan penganutnya. Terlepas dari motif dan alasan dia membantuku. Apakah murni membantu atau demi memuaskan konsumen. Yang pasti tak ada rasa bete, acuh, atau benci.

Akhirnya pagi itu ada dialog keagamaan dengan seorang petugas hostel di jantung kota Lisbon. Temanya ringan namun agak berat bagiku sebab bahasa Inggris-ku yang masih terbatas. Kendati demikian, alhamdulillah pertanyaan demi pertanyaan dapat aku jawab. Semoga saja dialog semacam ini memacuku untuk terus belajar menyampaikan ilmu dengan baik. Tugas kita adalah menyampaikan, bukan memaksakan.

Aku pun jadi berpikir, jika orang lain beranggapan negatif terhadap Islam, mungkin karena mereka belum mengetahui kemuliaan ajaran Islam secara benar dan detail. Bisa jadi hanya karena menyaksikan media yang menampilkan secara sepihak perilaku negatif sebagian umat Islam, mereka membuat kesimpulan yang salah bahwa Islam mengajarkan hal yang tidak baik.

“Ok, thank you, madam.”

Saya mengakhiri pembicaraan karena langit perlahan benderang.

“You are welcome.”

Responnya sembari membetulkan posisi kacamata tebalnya.

Aku pamit dan bergegas menuju kamar bed-dormitory 501.4 yang berisi delapan orang. Dari kamar berukuran 4×4 meter yang masih senyap, aku melipir ke balkon dan menggelar matras biru. Allahu Akbar! Wahai Allah, Engkau Dzat yang Mahabesar.

Catatan dari Lisbon, 24 September 2016

Keto Meatball

Yay, my ‘keto meatball’ is ready!

Nom nom nom.

The recipe is so easy. Just really similar to our easy spontaneous journey around the world!

First, you just need to blend the mince meat from beef with mince turkey meat about 300 gram together.

Then add on mince meat these ingredients: four white eggs, salt, pepper, nutmeg, fried onion, garlic and butter little bit before blending them with food processor.

After that just shape the batter into each little ball with spoon and your fingers and put it into hot water.

After finishing them all, just boiled until all balls are floating inside the hot pot. 

Tadaaa, my ‘keto meatball’ is ready to be eaten!

Be keto be healthy along your journey! 

Sangkuriang dan Koper

Proyek sangkuriang akhirnya mulai dikerjakan pukul 00.30.

Kenapa saya katakan sangkuriang?
Karena biasanya proyek kasih sayang melalui perut ini dilakukan bersama si Aa 🙂

Sempat enggan mengerjakan karena tak ada partner yang akan memotong-motong si ikan fillet menjadi ukuran kecil sebelum dimasukkan food processor.

Tapi ternyata Mbak Erni berkenan membantu memotong.

Dan saat saya mulai start menghaluskan dilanjutkan membentuk pempek, Kak L berkenan jadi asisten.

Alhamdulilah, si pempek berhasil tuntas diproduksi pukul 04.30 pagi setelah diselingi istirahat sambil sahur smoothie karya Kak L dan menikmati pempek goreng crunchy di luar lembut di dalam!
Alhamdulilah bisa makan pempek kesayangan saat sahur.

Habis shalat Subuh tidur sejenak
Kurang lebih 3.5 jam.

Masih mengantuk, tapi entah kenapa hati merasa kurang nyaman.

Rasanya ada yang salah dengan tidak membawa bagasi kali ini.
Sudah berkali-kali saya timbang, koper kecil beratnya kurang lebih 10 kg.
Ransel besar pinjaman Kak Lely rasanya terisi barang kurang lebih 5 kg.
Tapi masalahnya ada hand bag mungil si Eiger women series kesayangan dan 1 tas tipis berisi laptop.
Sementara peraturan Ryanair hanya boleh membawa 1 koper kabin dan 1 tas tangan for free.
Kalau ada 3 tentengan begini rasanya kok meragukan ya?

Kalau nanti ransel besar yang saya panggul minta ditimbang oleh mereka, sungguh berabe jadinya. Meski selama ini belum pernah kejadian, karena saya selalu haqqul yaqin dengan packing yang compact. Namun sayangnya kali ini saya lupa tidak membawa tas lipat polkadot kesayangan yang pas diletakkan di atas koper kabin. Sementara ukuran besar si ransel yang dipinjami Kak L ukurannya cukup besar tuk ukuran tubuh saya. Tampak kurang proporsional saat saya pakai. Bisa-bisa tidak akan dianggap hand bag oleh mereka.
Hem…
Tampaknya saya harus konsultasi dengan Kak L.

Hati sungguh meragu kali ini. Apalagi tak ada si Aa sebagai partner diskusi.

“Kak, tampaknya saya beli bagasi saja. Supaya tenang hati. 3 tas rasanya unacceptable by the rule.

Saya sudah coba browsing dari hape. Tapi entah kenapa sedang tak bisa diakses melalui mobile phone.

Kalau koper dan ransel dianggap over baggage, maka saya harus membayar 50€. Sungguh angka tak sedikit untuk saya, Kak.
Lebih baik saya beli sekarang saja, Bismillah.

Bisa tolong dibantu sekalian dibelikan bagasi, Kak?”

“Ok. Langsung saja kita beli.”

Kak L dan Kak T langsung turun tangan. Duduk depan laptop dan mulai menjelajah website Ryanair.

Saya deg-degan.
Alhamdulilah, setelah 10 menitan berlalu, bagasi ditambahkan. 15 kg saja.

Pyuh, lebih dari lega.

Tahu-tahu Kak L langsung mengusulkan bongkar barang.
Eh?
“Ima Kan sudah nambah bagasi 15 kg. Pindah semua yang berat ke koper 15 kg. Nanti Kakak ambilkan koper di gudang.

Lalu, tahu dkk yang kamu tinggal di kulkas bawa saja semua. Pokoknya kita maksimalkan.

Do it quick!”

Kak Lely langsung ke attic mengambil koper ukuran lebih besar dari milik saya.

Lalu mengambil beberapa kotak tahu. Juga mengambil keju dkknya.

Saya gugup packing. Mengingat schedule berangkat kami dari rumah jam 11 siang.
Yang akan berangkat terbang naik pesawat tidak hanya saya. Mbak Erni dan suaminya juga akan menuju Iceland. Meski pesawat mereka masih nanti malam, tapi mereka sudah membeli tiket kereta Thalys menuju Paris pukul 15.13 nanti.
Tanpa diminta, Mbak Erni tamu dari Canada ikut turun tangan membantu.

Setelah selesai, Kak T langsung menimbang koper lebih besar. Disisakan 1 kg free untuk jaga-jaga.

Koper kecil segera ditimbang juga. Ternyata masih ada space 4-5 kg.

Kak Lely langsung memasukkan bahan makanan tambahan. Beliau berhitung sangat cepat.

Everything is set in only 10 minutes. Amazing!

Beriringan kami menuju mobil.
Kurang lebih 1 jam perjalanan menuju Charleroi Airport.
Saya terus menggumamkan, “Allahumma yassir wa la tu’assir.”

Berharap dipermudah segala urusan oleh Allah azza wa jalla.

Saat tiba di Charleroi Airport, antrian mengular di arriving hall. Merintangi jalan kami menuju Departing hall.

Kak L yang semula memutuskan hanya drop berubah pikiran. Beliau memutuskan ikut masuk. Meski penjagaan sangat ketat, tapi pengantar boleh masuk. Alhamdulillaah.

Saat koper bagasi ditimbang, pas 15 kg. Pyuh!
Saat cabin baggage ditimbang, tepat 10 kg juga.
MasyaAllah!
Dan ajaibnya, sang petugas check in menanyakan apakah saya mau kalau koper kabin saya dimasukkan bagasi sekalian for free?

Eh?

“OK. We take it!” Kak Lely manyahut.

Enak kan Ima, bisa melenggang kangkung tanpa koper satu pun. Rizki Ramadhan-mu.

Alhamdulilah.

Saya speechless. Terharu. Langsung memeluk Kak L. Berkali-kali.

“Sudah ya, masih ada yang harus Kakak antar ke stasiun Brussels.”

“Iya, Kak. Jazakallah khairan katsira. Uhibbuki fil Laah.”

Bismillah, finally going home, home is where your heart is.

Aa, your wife is coming! 🙂

NIAT BAIK BERTEMU PASSION

image

Masih ingat dengan tulisan saya di blog yang judulnya, PASSION?

Saat itu saya menulis mengalir saja.

Meluapkan isi hati sehabis menemukan fakta-fakta diri sendiri setelah puluhan tahun mengembara sejak usia orok.

Yup, usia 5 tahun saya mulai bepergian ‘serius’ dalam arti naik pesawat! Rute terbang pertama saya Mekkah ke Madinah, hihihi.

Kata Abah saya, saya bahkan ngompol saat penerbangan Jeddah menuju Jakarta! MasyaAllah, memalukan Indonesia saja, Ima!

Lalu saya mulai berkelana dengan kapal laut besar untuk pertama kalinya di usia 13 tahun. Meninggalkan Yogya dimana saya ‘mesantren’ menuju kampung halaman di Kalimantan Selatan sana.

Semenjak itu, mulailah saya berputar mengelilingi bumi sebagaimana bumi berputar mengitari orbitnya, sang matahari!

Perlahan tapi benderang, perjalanan menjadi matahari saya.

Saat susah saat gundah, berjalan menyamankan hati.

Saat senang saat suka, berjalan memperkaya rasa.

Perjalanan juga mengajarkan saya untuk bersikap berani.

Memulai belajar bisnis berdasarkan ‘passion’.

Meski bukan siapa-siapa dan tanpa modal, saya dan Aa terus tumbuh dan belajar di dunia bisnis traveling.

Tak usah mengejar untung besar, yang penting rutin dan berkah.

Definisi rutin kami pun ajaib. Minimal rutin membawa tamu setahun sekali. Hehe. Sungguh tak ambisius ya!

Dimulai 2013 ke Mesir. Membawa 18 tamu dengan budget 13.5 juta all in (termasuk tiket pesawat Jakarta Cairo PP) jelajah Mesir mulai Cairo, Luxor, Aswan, Abu Simbel di perbatasan Sudan hingga mendaki Gunung Sinai.

Alhamdulillaah jadi milestone pertama kami dan belajar banyak dari trip perdana ke luar negeri tersebut.

Sepanjang 2012-2014 juga fokus jelajah Indonesia bersama Muslimah Backpacker.

2015 pertama kali kami membuka rute umrah. MasyaAllah ajaib rasanya bisa memberangkatkan Mama mertua sekaligus. Alhamdulillaah!

2016 ini InsyaAllah kami mulai panen kepercayaan para pembaca blog http://www.honeymoonbackpacker.com

Alhamdulilah Maroko Trip Super Promo di bulan November 2016 nanti sudah terisi 25 seat. Awalnya hanya menargetkan maksimal 15 orang saja. Ternyata jumlah tamu terus bertambah.
Kita lihat akan sampai angka berapa? 🙂

Yang semula direncanakan akan kombinasi ‘ngeteng’ dan sewa bis, kemungkinan besar akan berubah menjadi full sewa bis! Karena sharing budget biaya sewa bisa dibagi banyak kepala. Kalau bisa lebih nyaman kenapa harus ngeteng mengejar-ngejar public transportation? 🙂

Penginapan yang semula direncanakan non bintang semua, hem, we will see!

Intinya, kami makin excited dengan perkembangan jumlah peserta yang terus berdatangan dan langsung DP biaya paket trip.

Kami percaya, ini semua terjadi karena izin Allah semata.

Barangkali niat baik ingin menabungkan keuntungan Maroko Trip untuk membeli batu bata pesantren enterpreneurship kami diizinkanNya untuk mulai diwujudkan.

“Jangan boros Ima! Tetap sahaja dan fokus. Allah bersama orang-orang yang bersungguh-sungguh dan bekerja!”

Semoga kombinasi niat baik + passion kami dimudahkanNya.

image

Ps.

Yuk, masih ada beberapa seat tersisa untuk Maroko Trip Super Promo di bulan November 2016 nanti.

Detil silahkan sapa kami di whatsapp: +212 696433211

Our Passion

image

Dua tahun terakhir saya mengamati timeline seorang kakak yang menetap di jantung kota Paris bersama suami dan seorang anak.

Beliau bukan perempuan biasa di mata saya.

Beliau salah satu perempuan berkarakter kuat dan tahu apa yang dia inginkan dan tahu langkah apa saja yang harus beliau ambil untuk mewujudkan mimpi.

Sepanjang dua tahun terakhir saya membaca dan melihat foto-foto perjalanan beliau dalam memburu ‘passion‘ dan kecintaannya pada kuliner dan keindahan alam Indonesia.

Dari foto-foto yang dibagi dan diberikan sedikit pengantar, disusul komentar yang bertebaran di kolom reply, saya tahu persis beliau sabar dan kuat menjalani proses bata demi bata impian, yaitu membangun boutique hotel di ketinggian Lombok, tak jauh dari pantai Selong Belanak yang surgawi.

InsyaAllah Juni nanti boutique hotel beliau akan grand opening. Saya sungguh amat berbahagia untuk pencapaian dan kerja keras beliau.

MasyaAllah…
Dari timeline beliau yang kerap di-update tersebut saya merasa disemangati.

Bahwa memburu, bekerja melakukan sesuatu yang sangat kita sukai, membutuhkan proses panjang, diiringi kesabaran dan keuletan nyaris tanpa akhir!

Hingga berhasil!

APA SIH PASSION SAYA?

Butuh puluhan tahun bagi saya untuk menemukan ‘passion‘ (gairah terhadap sesuatu yang tiada putus) yang benar-benar saya gilai. Benar-benar saya sukai.

Tak ada nilai materi di sana pun tak mengapa. Tapi saya bahagia melakukannya.

Sejak usia remaja, berganti-ganti kesukaan saya. Mulai public speaking, lalu writing, kemudian organizing hingga cooking.

Tapi selalu ada rasa bosan dan jenuh di tengah atau ujung perjalanan.

Tahu-tahu saya mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Tentu saja setelah melamar ke banyak lembaga pemberi beasiswa. Saya mulai kuliah kembali di Inggris sana pada pertengahan 2004.

Setiap summer berlangsung, para mahasiswa menggendong ransel tinggi besar dalam gegas dan langkah-langkah panjang,

“Where are you going?”

“I’m going to Spain.”

“Wait, Spain is really far from here. How could? We’re students with limited scholarship!”

“I’m going there by backpacking.”

Yang bersangkutan berlalu dan saya gegas menuntun sepeda merah ke perpustakaan dan langsung googling.

image

Apa itu backpacking?

Gaya hidup atau apa?

Atau sejenis alat transportasi?

Apaan sih?

Bukannya backpack itu ransel yang selalu saya sandang di punggung saban berangkat kuliah dan mengayuh sepeda ke supermarket kala belanja kebutuhan sehari-hari?

Setahun kemudian, summer 2005 saya mulai backpacking pertama menjelajah Eropa daratan seorang diri saja!

Tiga minggu saya tak merasa lelah mendatangi delapan negara dan menyambangi puluhan kota menggunakan kereta api.

Saat itu usia saya menjelang 24 tahun. Karenanya berhak membeli tiket kereta terusan Eurorail dengan harga di bawah 200 €! Puas turun naik kereta api ke mana saja saya hendak menuju sampai bosan atau pingsan kelelahan! 🙂

Sejak itu, tak terasa sudah 35 negara saya datangi dengan gaya backpacking murah meriah seru. Backpacking semacam anggur memabukkan bagi saya.

Mendatangi tempat asing sungguh memantik api jiwa.

Mengembara, terlebih bersama pasangan jiwa sungguh membuat saya kaya.

image

Sebelas tahun berlalu dan saya masih mencintai aktifitas backpacking hingga detik ini.

Belakangan, saya bahkan mendirikan komunitas ‘Muslimah Backpacker’.

Dengan niat mengajak lebih banyak anak muda belajar kehidupan melalui aktifitas yang menyehatkan fisik karena banyak berjalan dan menyehatkan jiwa karena membuka wawasan.

Tak pernah saya duga. Saya pun bertemu suami yang menyenangi aktifitas alam.

Basic Aa adalah kecintaan pada aktifitas sporty dan mendaki gunung.

Dari gunung turun ke lautan hati saya. Hihihi. Bisa ajah si Ima! 🙂

Sebelas tahun berlalu dan kami sampai di titik ini.

http://www.honeymoonbackpacker.com yang bertumbuh kemudian melahirkan #kelanacahayatour dan rutin membuat aneka budget trip. Dalam dan luar negeri. Minimal setahun sekali.

Sepanjang 2013 terhitung 6 kali trip diselenggarakan.

Yang paling banyak mendapat sorotan media bahkan beberapa kali diliput media nasional adalah Jelajah 53 anggota Muslimah Backpacker ke Bromo, Malang dan Batu Jawa Timur.

Lalu disusul pengelanaan terjauh ala backpacker ke Mesir selama 11 hari.

Mendatangi Cairo, Luxor, Aswan, Abu Simbel, Alexandria hingga mendaki puncak Gunung Sinai. Perjalanan bersama komunitas yang sangat membanggakan!

Setelahnya perlahan tapi pasti fokus kami beralih ke bisnis mengorganisasi perjalanan grup kecil-kecilan. Dimulai dengan modal nol sama sekali. Hanya bermodal kepercayaan klien saja.

Kata banyak pengusaha senior, bisnis yang tumbuh mengakar dan menghunjam kuat adalah bisnis sesuatu yang kamu cintai. Dan kini dengan lantang saya akui, saya mencintai dunia perjalanan sepenuh hati.

Tak terasa, sudah tiga tahun saya dan suami bahu-membahu menumbuhkan lini bisnis #kelanacahayatour di antara jadual kuliah Aa yang berkejaran.

Kami berbagi tugas. Saya melakukan kerja marketing, finance dan management.

Aa sepenuhnya menjadi guide atau tour leader yang bekerja sepenuh hati. Kalem, tulus dan sangat amanah menjaga para tamu sepanjang perjalanan. Memenangkan hati klien dan tamu kami. Alhamdulillaah.

Tiga tahun yang menguji kesabaran, keteguhan dan keikhlasan hati.
Jatuh bangun kami lalui.

Jangan tanya soal menghadapi keinginan klien yang beraneka ragam.
Apalagi yang sekadar tanya-tanya itinerary dan land arrangement, lalu setelah dapat itinerarysays good bye‘.

Sudah biasa. Namanya juga bisnis jasa.
Harus berhati seluas samudera.

Awal-awal memulai, kami bahkan tak untung sama sekali.

Sekarang kami belajar menghargai diri dan kerja keras berbulan-bulan menyiapkan sebuah trip, terutama trip ke luar Indonesia. Termasuk di dalamnya proses promosi yang menghabiskan pulsa internet, ratusan jam proses marketing, lalu closing klien hingga sabar mengingatkan tagihan cicilan biaya trip.

Ya, selain menyelenggarakan budget trip (trip dengan biaya ringan) kami juga mengizinkan klien kami menyicil biaya trip hingga jelang keberangkatan. Boleh dibilang nekad. Tapi inilah tantangannya.

Kenapa jalan susah yang kami ambil? Karena #kelanacahayatour adalah bayi di galaksi bisnis perjalanan tanah air.

Ya, dalam bisnis travel and tour ini, kami adalah ‘pemain liliput’ di antara pemilik modal raksasa dan korporasi gurita.

Tapi kami tak gentar. Karena kami mencintai proses ini. Dan kami berbisnis melibatkan hati. Mengutamakan empati.

Demi empati dan mengutamakan studi yang sedang ditempuh si Aa, kadang kala kami harus mati suri sejenak, seperti bunga liar yang hibernasi di musim dingin, kemudian mekar menyala secantik matahari di musim panas.

Ada keindahan dalam kesabaran.

Ada keyakinan dalam proses belajar.

Dan saya makin menyadari. Saya telah menemukan hasrat terdalam diri ini. Yaitu kecintaan pada aktifitas pengembaraan dan membagikan spirit ini melalui beragam paket perjalanan yang kami tawarkan bersama Kelana Cahaya Tour.

Sehingga kata bekerja menjadi lenyap. Berganti kata, cinta!

***

Ps.

Open Trip yang saat ini dibuka adalah Maroko Trip pada tanggal 3-11 November 2016.

Saat ini budget open trip ada di posisi 16 juta all in. (tergantung ketersediaan dan harga tiket pesawat)

Tertarik?

Please contact us @IG: imazahraa

Kelana Cahaya Tour, Bermula Dari Mimpi

Rasanya masih mimpi, bisa sampai di titik ini.

We’re totally living our dream!

Sejak berani berjualan kue-kue basah di pesantren saat usia saya menginjak 15 tahun (karena kekurangan dana untuk membayar SPP dan uang asrama), sejak itu saya bermimpi ingin memiliki bisnis sendiri. Suatu ketika, saya akan utuh berdiri di atas kaki sendiri.

Butuh 37 tahun jatuh bangun menjalani hidup dan hampir seperempat usia saya habiskan dengan berkelana seorang diri.

Alhamdulillaah sekarang tak sendiri. Ada Aa yang mendampingi. Mengembara bersama sepenuh hati.

Belajar Bisnis Travel and Tour: Kelana Cahaya Tour!

Secara alami, kami sekarang mengelola bisnis travel kecil-kecilan bersama suami tercinta yang sedang fokus menuntut ilmu.

Jika ada libur atau jadual kuliah sedang senggang, sesekali Aa ‘kabur sejenak’ dari tugas kuliah, menemani istri mengantar tamu kesana kemari jelajah Maroko dan Eropa.

Semua dimulai dari mimpi

2011 kami menikah. Modal harta nol. Hanya dimodali niat baik, ingin berjalan bersama, bergenggam tangan arungi bahtera kehidupan dalam suka dan duka.

Awal pernikahan kami mulai dengan berjualan brownies kukus, bolu mekar gula jawa dkknya.
Keuntungan harian sekitar 15 ribu perak. Sungguh kecil tapi bisa memenuhi kebutuhan kami sehari-hari. Tentu kebutuhan paling dasar, semacam beli tahu tempe, sedikit sayur dan beras. Jika diingat-ingat, dengan omzet harian semungil itu, Alhamdulilah kami bisa bertahan hidup dan tetap tertawa bahagia. Asal ada cinta tulus dari si dia. 🙂

Aa juga fokus menerima orderan menerjemah. Satu kitab tebal diselesaikan dalam dua – tiga bulan.

“Pegal punggungku, Yang.”

Keluh Aa yang duduk berjam-jam di depan komputer. Lalu saya pijiti segenap sayang.

Jelang Ramadhan kami memberanikan diri mulai menerima order jualan pempek sehat ala Imazahra. Tetap dipasarkan secara online.

Pempek kami pempek istimewa. Diolah dengan hati dari dapur sendiri. Non MSG non kimiawi apapun.

Alhamdulillaah omzet meledak buat ukuran home industry pemula. Kalau tidak salah pendapatan sebulan kala itu sekitar 5 juta.

Mungkin kecil di matamu, Kawan, tapi sungguh besar bagi kami yang biasa jualan kue dengan omzet sebesar 40 ribu perak / hari.

2011 pertengahan Aa mulai mengajar di lembaga bahasa Arab Al Imarat Bandung. Otomatis menerima gaji bulanan. Tak besar tapi Alhamdulilah cukup dengan berhemat dan apik mengelola uang. Total gaji bulanan Aa saat itu tak lebih dari satu setengah juta rupiah.

Sumbangan Besar Muslimah Backpacker

2011 akhir saya membentuk komunitas Muslimah Backpacker. Langsung melejit dengan keinginan anggota untuk trip jelajah Indonesia.

2012 Muslimah Backpacker jelajah Garut Selatan, disusul jelajah Kalimantan Selatan, dilanjutkan jelajah Bromo dan Malang.

2013 pecah telur. Muslimah Backpacker memberanikan diri bawa rombongan 16 perempuan 2 laki-laki ke Mesir.

Jelajah Cairo, Luxor, Aswan, Abu Simbel, Alexandria hingga mendaki gunung Sinai.

image

Subhanallah, 11 hari yang menantang dan membuat kami belajar banyak tentang bisnis jasa ‘bersenang-senang sambil traveling’ ini.

Tanpa lahirnya komunitas Muslimah Backpacker, saya yakin seratus persen, saya tidak akan pernah punya keberanian untuk memulai bisnis bernama Kelana Cahaya Tour. Saya berhutang banyak pada Komunitas Muslimah Backpacker sebagai pendidik saya.

Belajar Fokus

Semenjak Mesir Trip, saya mulai berpikir tentang menumbuhkan bisnis baru ini dengan serius dan tentu saja fokus.

Pelan-pelan saja. Semampu saya dan Aa. Sebab jelas belum memungkinkan untuk buka kantor atau memiliki rumah dua tingkat dan kantor travel diletakkan di lantai dasar sepanjang kami masih berkelana seperti saat ini.

Satu buah rumah pun belum resmi kami miliki. Masih menyicil pada seorang sahabat. Alhamdulillaah tanpa bunga, tanpa riba.

Muslimah Backpacker dibiarkan tetap sebagai komunitas dan saya lebih tertantang belajar membangun bisnis travel.

Selangkah demi selangkah. Bata demi bata. Perlahan-lahan.

Dengan pikiran seperti ini, saya memutuskan memisahkan Komunitas Muslimah Backpacker dengan lini bisnis baru, yaitu melahirkan Kelana Cahaya Tour.

Kelana Cahaya Tour adalah saudara kandung Komunitas Muslimah Backpacker. Alhamdulillaah.

2014 awal Kelana Cahaya Tour nekad memberangkatkan 18 jamaah umrah bersama salah satu travel partner yang berkantor di Jakarta.

Partner saya dapat 10 jamaah, sedang kami memeroleh 8 jamaah.

Alhamdulillaah ada sedikit keuntungan.

Keuntungannya (plus ditambah uang pribadi sekian juta) Alhamdulilah bisa memberangkatkan Mama mertua. Guru ngaji bersahaja yang diliputi cahaya syukur karena diberangkatkan anaknya sendiri. Alhamdulillaah.

Saya tidak akan berhenti. Meski saat ini posisi kami sedang di Maroko, tidak ada halangan untuk terus melanjutkan proses belajar.

Tanggal 27 Maret hingga 4 April lalu kami baru saja mendampingi 39 tamu jelajah Eropa Timur yang cantik. Yaitu Innsbruck, Salzburg, Wina, Hallstatt, Bratislava, Budapest dan Praha. Bukan main menantang mengingat kami harus mengelola banyak kepala, keinginan personal dan rupa-rupa kejadian. Seru! 🙂

image

image

image

Bisnis travel dan tour leader adalah bisnis yang sangat luwes dan cair. Bisa dikerjakan di mana saja. Asal ada internet, peluang waktu, calon klien dan destinasi, InsyaAllah bisa dikerjakan.

Menurut hemat saya, bisnis travel khususnya tour leader adalah bisnis yang menuntut keseriusan tingkat tinggi saat kita sedang bersama klien. Meski tampak asik bisa jalan-jalan ‘gratis’ kesana kemari, tapi sungguh tidak mudah.

Kita dituntut terus-menerus berjalan bersama klien dalam kurun waktu yang telah disepakati bersama. Tidak boleh mengeluh meski berpeluh.

Profesionalitas kerja diukur dari tangan yang banyak bekerja dalam diam dan ketenangan sikap. Untuk ini saya masih harus belajar banyak pada Aa.

Ada komitmen moral untuk melakukan yang terbaik karena pada akhirnya bisnis travel and tour adalah bisnis jasa.

Kekuatan marketing bisnis jasa sesungguhnya terletak pada kepuasan klien. Kalau klien puas, siap siaplah pada efek ‘iklan dari mulut ke mulut’ yang aduhai dampak viralnya!

Ada bebatan emosi yang harus dijaga agar tidak pecah di tengah perjalanan. Butuh partner berjalan dengan hati seluas samudera. Dan Alhamdulilah partner terbaik saya adalah Aa. 🙂

Selama Kelana Cahaya Tour dilahirkan, saya dan Aa sudah dipercaya lima klien untuk terbang ke luar Indonesia. Menjelajah dunia. Satu kali umrah. Tiga kali jelajah Maroko dan satu kali jelajah Eropa Timur.

Semoga kami berdua terus dipercaya. Karena kami butuh banyak jam terbang dan ruang untuk belajar.

Apalagi ada cita-cita besar yang ingin kami wujudkan dari bisnis ini, menjadi income generator bagi pesantren dhu’afa yang kelak ingin kami dirikan!

Ya, kami ingin membesarkan bisnis travel ini menjadi gerakan social entrepreneurship.

Keuntungan terbesar niatnya akan digunakan untuk membangun bata demi bata Rumah Kelana dan Pesantren Kelana.

Semoga Allah mampukan. InsyaAllah, janji Allah pasti untuk hamba yang mau bekerja keras!

Mohon support doanya ya, Kawan! 🙂

***

Bagi teman-teman yang ingin merasakan jasa pengelolaan perjalanan, umrah berkualitas, atau pun tour leader penuh semangat mengawal klien travel anda, silahkan kontak kami di:

Email: imazahra@gmail.com
Instagram: @imazahraa

Tips Hunting Tiket Pesawat

image

Salah satu tips hunting tiket pesawat murah adalah dengan mengombinasikan harga dan tanggal penerbangan dari beragam website

Semenjak travel Bandung menghubungi kami pada 9 Maret lampau, yaitu menawarkan kerjasama mendampingi mereka menjelajah East Europe (Jerman Selatan, Austria, Bratislava, Slovakia dan Czech Republic) mulai tanggal 27 Maret hingga 4 April nanti, sejak itu pula saya menyicil browsing tiket pesawat Maroko – Eropa PP.

Tak terhitung total akumulasi saya duduk di depan laptop atau browsing apps semacam Skyscanner, Ryanair, Vueling, Jetairfly, Maroc Air, EasyJet, dkk.

Karena proyek satu ini, Xiomi mendadak saya penuh dengan aplikasi ragam moda transportasi, hahaha.

Meski sudah cek banyak sekali website yang mengaku ‘low budget flight’, tetap saja harganya bikin kepala mumet.

Walau margin tiket masih memenuhi pagu yang didanai travel, tapi ada rasa gemas kalau tidak bisa dapat harga promo (best fare)!

Apa daya liburan Paskah yang menjelang dan hunting mepet hari H menjadi kombinasi menyulitkan untuk mendapatkan harga terbaik.

Telat eksekusi maka harga akan terus melambung. Apalagi tidak ada penerbangan langsung dari Maroko menuju kota tujuan pertama yang masuk budget!

Gemas saat melihat harga tiket pesawat dari Casablanca Airport ke Munich International Airport dibanderol € 1000 / orang.

Adedeuuuh.

Jadilah siang malam begadang hunting tiket yang masuk budget yang diberikan travel.

Sudah sangat bersyukur dibiayai dari Maroko to Munich and Praha to Maroko kembali.

Tidak ada alasan tidak mendapat harga terbaik diantara mahalnya harga tiket saat ‘holiday season’ selama dua minggu ke depan.

Beberapa hari lalu, saat saya mulai keliyengan, batuk pilek srot srooot, Aa memaksa saya untuk tidur.

Aa ternyata mengerjakan kewajiban saya disambi-sambi baca diktat kuliah dalam laptop.

Hasilnya adalah tulisan tangan beliau ini. Rapi dan memudahkan proses pencarian harga terbaik.

Duh!
Asli terharu biru.

Ini yang namanya cinta dalam sepotong kertas.

Benar ya, bukti cinta tak melulu perhatian verbal. Justru yang ‘kecil-kecil’ tapi manis seperti ini membuat hati meleleh. Berujung pada rasa syukur.

Allah telah mengirimkan pasangan tepat untuk istri penyuka backpacking ini.

Alhamdulillaah.

I love you more, Aa!

***

Tips Hunting Tiket Pesawat ala Honeymoon Backpackers

Jadi, kalau kami ditanya apa saja tips hunting tiket pesawat murah meriah ala kami?

Simpel saja. Ini diantaranya:

1. Pesan tiket jauh-jauh hari. Gunakan aplikasi Skyscanner dan yang sejenisnya.

2. Sediakan waktu.

Untuk buka mata, buka telinga, buka debit card saat menemukan harga murah. Sikat tanpa ragu.

Kadang-kadang kami juga membeli tiket sangat murah meski belum yakin akan bepergian ke tempat tersebut. Tahu-tahu ada saja undangan berbagi untuk Aa atau saya yang pas dengan tiket yang sudah kami beli. Alhamdulillaah, pucuk dicinta ulampun tiba!

Tiket pesawat kami ke Madrid tanggal 8 Maret lampau hanya dibanderol € 13 including tax. Kurang lebih 188 ribu rupiah sudah pindah negara. Sedaaap ya!

Bandingkan dengan rute darat + laut saat kami kembali ke Maroko.

Kami harus menyiapkan ongkos ongkos naik bis Seville to Tarifa Port (Spanyol paling Selatan) lalu disambung naik kapal ferry menyeberangi Selat Gibraltar, dan masih harus diteruskan naik bis Tangier to Rabat.

Rute darat + laut bernama ‘membeli pengalaman’ ini menyedot sekitar total € 60.

3. Coba utak-atik tanggal dan rute.

Seringkali kami temukan rute ‘super murah’ di jalur tak biasa alias jalur sepi peminat. Dari sana kami meneruskan perjalanan ke negara tujuan.

Contoh paling hits adalah harga tiket pesawat kami dari Kuala Lumpur menuju Paris Charles de Gaule tahun 2014 yang kami dapat. ‘Hanya’ 5 juta rupiah untuk berdua. Amboi tak! 🙂

Silahkan coba tiga komposisi ini, saya berani jamin teman-teman juga bisa dapat harga tiket pesawat murah meriah seperti kami.

Salam backpacking dari sudut kota Rabat!